Senin, 11 Juli 2022

Mengapa Perlu Tawadhu?




 Allah SWT berfirman: 

تِلْكَ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِيْنَ لَا يُرِيْدُوْنَ عُلُوًّا فِى الْاَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۗوَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ

"Negeri akhirat itu kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa" (QS Al-Qashas 28: 83)

Allah SWT menjadikan kehidupan akhirat yang penuh kebahagiaan bagi hamba-hambanya yang tidak menyombongkan diri, berjalan dimuka bumi dengan penuh kerendahan hati. Betapa ini sanjungan yang  sangat Agung kepada orang-orang yang tawadhu.

Saudaraku, maka dari ayat ini, kita bisa memahami bahwa orang yang tawadhu adalah orang yang disayangi Allah SWT. Jadi ini penting untuk terus-menerus kita camkan di dalam diri kita tentang kerendahan hati. Lawan ketawadhukan adalah kesombongan. Jikalau seseorang sudah merasa tinggi hati dan memandang rendah orang lain, maka inilah pangkal dari berbagai penyakit hati lainnya seperti iri dengki, mudah marah, buruk sangka. Jika hati sudah kotor dengan berbagai penyakit yang demikian, maka akhlak pun akan terpuruk. Karena hati adalah lokomotif seluruh gerbong tubuh kita.

Orang yang tawadhu itu selain disayangi oleh Allah SWT, juga akan disayangi oleh makhluk Allah. orang yang tawadhu itu jarang memiliki musuh, karena ia tidak memandang orang lain secara rendah, ia pun tidak pernah memandang orang lain sebagai saingannya. Justru ia senantiasa memandang orang lain sebagai sahabatnya dan berupaya bisa belajar darinya. Ia pun berbaik sangkah kepada orang lain, Siapa tahu orang yang nampak biasa-biasa saja dalam pandangannya padahal orang yang luar biasa dalam pandangan Allah SWT.

Sungguh beruntung sekali orang yang tawadhu itu. Karena pada banyak kesempatan ia bisa banyak belajar dan memperkaya ilmu. Sedangkan orang yang sombong sebaliknya, Ia akan sulit belajar malah ia akan semakin jauh tersesat pada kegelapan, karena memandang hebat dirinya padahal banyak tidak tahunya.

Orang yang tawadhu juga sulit untuk iri dengki, sedangkan orang sombong hampir setiap saat sibuk dengan iri dengki terhadap orang lain. Orang yang tawadhu akan berbahagia melihat kesuksesan orang lain sedang orang yang sombong akan tersiksa melihat orang lain sukses karena ia meremehkan orang lain dan berharap kesuksesan itu berpindah kepadanya.

Tawadhu memiliki banyak sekali keutamaan. Beberapa di antaranya adalah, 

pertama, mengangkat derajat di hadapan Allah SWT

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa Allah menyayangi hamba-nya yang tawadhu'. bentuk kasih sayang Allah kepadanya diwujudkan dalam bentuk pengangkatan derajat di hadapannya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Tidaklah kurang harta karena sedekah, tidaklah Allah menambah kepada seseorang hamba sifat pemaaf, kecuali dia akan mendapatkan kemuliaan, serta tidaklah seseorang menerapkan sifat tawadhu karena Allah kecuali Allah pasti mengangkat derajatnya. (HR. Ad-Darimi, Ahmad)

Apalagi yang dibutuhkan oleh seorang manusia jikalau Allah telah mengangkat derajatnya. Tiada berarti lagi harta pangkat, jabatan jikalau derajat kita sudah Allah tinggikan. Ini adalah karunia yang teramat besar bagi orang-orang yang tawadlu'.

Kedua, kemuliaan akhlak

Tawadhu adalah salah satu akhlak mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Sedangkan beliau adalah Uswatun Hasanah, suri teladan terbaik, rujukan kemuliaan akhlak bagi seluruh manusia.

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya orang yang terbaik dari kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya" (Muttafaqun 'Alaih)

Dalam hadis yang lain Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada sesuatupun yang lebih berat dalam timbangan daripada Akhlak Yang Mulia." (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Pada suatu kesempatan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga pernah bertanya kepada para sahabat, "Maukah aku kabarkan kepada kalian Siapa yang tepat duduknya paling dekat dengan kepada hari kiamat?", Para sahabat pun terdiam. Rasulullah SAW sempat mengulang pertanyaan itu sebanyak Dua atau Tiga kali. Lantas Mereka pun menjawab, "Ya, Wahai Rasulullah". Maka beliau bersabda, "yang paling baik akhlaknya" (HR. Bukhori dan Ahmad)

Bagi umatnya yang memiliki kemuliaan akhlak, Rasulullah SAW bersabda: "Aku menjamin sebuah rumah di tempat yang rendah di dalam surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun ia berada pada posisi yang benar, dan sebuah rumah di tengah-tengah surga bagi orang-orang yang meninggalkan kedustaan walaupun ia hanya bercanda, dan sebuah rumah di surga yang tertinggi bagi orang yang memiliki akhlak yang baik." (HR. Abu Daud)

Ke tiga, merekatkan persaudaraan

Allah SWT menyukai dan menyayangi orang yang tawadhu. Dan Jika Allah sudah menyayangi dan meridhoi seseorang, maka makhluk yang di langit dan di bumi pun akan menyayanginya.

Dalam sebuah Hadis Qudsi Allah SWT berfirman, "Jika Allah Subhanahu Wa Ta'ala mencintai seorang hamba, maka Allah akan memanggil Jibril dan berfirman wahai Jibril! Sesungguhnya aku mencintai Fulan, maka Cintailah dia". Lalu Jibril menyeru kepada penghuni langit, "Sesungguhnya Allah mencintai Fulan maka Cintailah dia. Lalu penghuni langit pun Mencintainya". (HR. Bukhari  dan Muslim)

Demikian juga Rasulullah SAW bersabda, "Sayangilah yang ada di bumi, yang ada di langit akan menyayangimu". (H.R thabrani) 

ketawadhuan adalah sifat yang disenangi oleh Allah SWT dan Rasulnya. Sedang Jika Allah sudah menyenangi hambanya, maka penghuni langit dan bumi pun akan menyayangi nya juga. Ketawadhuan itu sifatnya memancarkan ketenangan, keteduhan, kenyamanan dan keamanan bagi bagi orang lain. karena orang yang tawadhu' cenderung memiliki sopan santun, keramahan yang tulus, tidak dibuat-buat.

Sifat yang demikian sangatlah mengundang kedekatan hati dan rasa persaudaraan bagi sesama. Dan jika rasa persaudaraan sudah terjalin di antara kita dengan orang lain, maka betapa indah, aman dan nyaman nya hidup ini. Karena hati akan merekatkan ukhuwah dengan sesama muslim, dan mendekatkan kita dengan segala lapisan masyarakat pada umumnya.

Keuntungan dari sifat tawaduk tidak hanya sampai di sana, karena ternyata sikap persaudaraan dan persatuan adalah hal yang juga disukai oleh Allah SWT. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

 "Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali agama Allah dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu masa jahiliyah dari musuh-musuhan, mempersatukan hatimu lalu, menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripada tanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatnya kepada-mu agar kamu mendapat petunjuk". (Q.S Ali Imran [3]: 103)

Sementara ukhuwah adalah hal yang menjadi keniscayaan dan kebutuhan  kita sebagai hamba Allah yang beriman kepadanya. Bahkan ukhuwah dengan sesama saudara kita menjadi salah satu tolak ukur keimanan kita kepada Allah SWT karena menjalin dan melestarikan persaudaraan adalah perintah Allah dan barangsiapa mentaati perintahnya dan menjauhi larangannya maka dialah orang yang bertaqwa dan akan meraih keberuntungan sejati di dunia dan akhirat.

Tidak sedikit di antara kita yang mengetahui tingginya nilai persaudaraan akan tetapi sangat sulit mengamalkannya. Mudah sekali kita berselisih dengan saudara kita, mudah sekali kita berburuk sangka dan hidup secara individualis jika sudah berselisih maka akan berkepanjangan dan sulit sekali kita untuk rekat kembali . Kepada yang jauh kita peduli dan empati, sedang kepada yang dekat bahkan mengenal pun tidak. Subhanallah!

Ketawadhuan selain memancarkan keramahan dan kesopanannya, juga terpancar pada sikap yang cenderung mudah mengalah demi meraih kebaikan yang lebih besar. ketawadhukan juga tercermin pada sikap mudah memaafkan dan meminta maaf manakala terjadi perselisihan. Tanpa berpanjang-panjang pikir tentang Siapakah yang salah sebenarnya tanpa memperturutkan ego Siapakah yang lebih dahulu minta maaf seharusnya, orang yang tawadhu akan mengambil posisi sebagai orang yang bersegera memberi maaf dan meminta maaf. Allah Swt berfirman:

۞ وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ  اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

 "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya Seluas Langit Dan Bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan". (Q.S Ali Imran [4]: 133-134)

Dalam ayat nya yang lain Allah SWT juga berfirman:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ

 "jadilah engkau pemaaf dan Suruhlah orang mengerjakan yang Makruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh". (Q.S al-A'raf [7] :199)

Ciri orang yang tawadhu adalah tidak merasa bahwa dirinya lebih mulia dari orang lain, tidak merasa bahwa dirinya lebih pantas dihormati daripada orang lain atau lebih dikenal dan lebih baik dari orang lain. Orang yang tawadhu meyakini bahwa kemuliaan dalam pandangan Allah adalah yang paling bertakwa dan hanya Allah yang Maha Mengetahui Siapakah di antara hamba-hambanya yang memiliki kedudukan tersebut.

Indah sekali manakala setiap orang memiliki pikiran yang demikian. Persaudaraan akan terjalin. Suasana saling peduli dan empati, saling membantu dan meringankan beban akan menjadi karakter sosial kita yang senantiasa hadir pada keseharian kita. Masya Allah!





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah ada Ushaly dalam menunaikan Shalat?

Adapun hukum Melafadzkan Ushaly sampai pada akhirnya, pada waktu berdiri kepada sembahyang sebelum sebelum Takbiratul Ihram, sunnah disuruh ...