Jumat, 08 Juli 2022

Ketawadhukan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam



Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam manusia yang paling mulia akhlaknya tidak ada yang menandingi ketinggian akhlak beliau. Siti Aisyah Ra. menerangkan bahwa akhlak Rasulullah SAW adalah Al-quran. Dengan kemuliaan akhlaknya inilah Islam bisa tumbuh dan berkembang demikian pesat dan damai meskipun pada perjalanannya banyak sekali orang-orang yang menentang dengan penentangan yang sangat besar.

Dan Salah satu sifat Mulia Rasulullah SAW adalah ketawadhukanya. Meskipun kedudukan beliau sangatlah tinggi dan agung, namun sama sekali tidak nampak ciri kemegahan dunia pada diri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. beliau senantiasa berada dalam kesederhanaan hidup. Meski kedudukan beliau setara bahkan melebihi raja-raja Persia dan Romawi, namun beliau adalah sosok yang sangat dekat dengan orang-orang di sekitar. Padahal di saat yang sama raja-raja Persia dan Romawi sangat menjaga jarak dengan rakyatnya.

Inilah Rasulullah Saw sosok agung yang pernah membuat orang seperti Umar bin Khaththab menangis ketika melihat beliau. Suatu ketika Umar melihat Rasul Saw, sang uswatun hasanah, penutup para nabi dan rasul, tidur hanya beralaskan tikar yang kasar. Sampai-sampai anyaan tikar itu meninggalkan bekas di punggung dan bahu Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW bertanya kepada Umar, "Mengapa engkau menangis wahai Umar?" Umar pun menjawab, "Bagaimana mungkin aku tidak menangis, kisra dan Kaisar duduk di atas singgasana yang bertatahkan emas, sementara tiga itu telah meninggalkan bekas di tubuhmu wahai Rasulullah, padahal Engkau adalah kekasih Allah!"

Lantas Rasulullah SAW pun menghibur Umar dengan bersabda, "mereka adalah kaum yang kesenangannya disegerakan di dunia dan tak akan lama lagi sirna. Tidakkah engkau rela mereka memiliki Dunia Sementara kita memiliki akhiran?! Tidak adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir. Perumpamaan hubunganku dengan  dunia adalah seperti orang yang berpergian di bawah terik panas matahari. Di berlindo sejenak di bawah pohon, kemudian pergi meninggalkannya."(HR. tirmizdi) 

Bukan tidak bisa Rasulullah SAW penampilan seperti raja-raja Persia dan Romawi. Mudah Saja bagi Rasulullah SAW jika memang menginginkannya. Akan tetapi, beliau tidak memilih kemegahan dunia itu. Beliau memilih hidup sederhana dengan segenap kerendahan hatinya.

 Jangankan menginginkan Singgasana semegah milik para raja Persia dan Romawi, bahkan pakaian dan alas kaki pun Rasulullah SAW menjahit dan  memperbaikinya sendiri Jika ada kerusakan seperti robek. Ketika Aisyah ra. Inilah pernah ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullah Saw saat berada di rumah. Aisyah ra. Menerangkan,"menjahit pakaian sendiri memperbaiki sandalnya jam mengerjakan segala apa yang layaknya para suami lakukan di rumah."(HR. Ahmad) 

Masya Allah, sungguh semakin kita mengingat-ingat kembali kehidupan Baginda Rasulullah SAW. maka akan semakin rindu dan cinta kita kepadanya. Kerinduan yang mengharu biru karena betapa semakin sulit kita temukan pemimpin umat yang memiliki Ketawadhukan sedemikian rupa.

Sebagai pemimpin, Rasulullah saw hidup bersahaja, tidak mempersulit orang lain yang ingin bertemu dengan beliau. Rumahnya terbuka bagi siapa saja yang ingin bertemu. Waktunya terbuka bagi siapa saja yang ingin berjumpa. tidak melihat apakah orang yang datang itu itu pejabat tinggi atau rakyat jelata, orang kaya atau orang tak punya, dewasa atau anak-anak.

Dalam sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra. disebutkan bahwa di Madinah ada seorang anak bernama Abu Umair. Anak ini memiliki binatang peliharaan yang sangat ia sayangi, yaitu seekor burung pipit kecil. Ia senang sekali bermain dengan burung peliharaan nya itu. namun sayang, suatu hari burung itu mati, Abu Umair pun sangat bersedih hati.

Kemudian, Rasulullah SAW datang kepada Ummu sulaim, ibunda dari Abu Umair, dan bermaksud menghibur anak tersebut. Pada hari-hari yang lain Rasulullah SAW memang kerap kali menghibur anak ini.

Rasulullah SAW sempat bertanya kepada orang-orang,"Mengapa aku melihat Abu Umair bersedih?", Mereka pun menjawab, "Nughrun ( nama burung peliharaan Abu Umair) yang biasa bermain dengannya telah mati)".

Lalu, Rasulullah SAW menghampiri Abu Umair dan bermaksud menghiburnya. Rasulullah SAW Bertanya kepadanya," Abu Umair, burung kecilmu sedang apa?"(HR. bukhari).

Kerendahan hati Rasulullah SAW pun terlihat pada ketidaksukaannya manakala para sahabat berdiri untuk menyambut kedatangan beliau. beliau tidak berkenan diperlakukan layaknya para raja. Anas bin Malik ra. Menyampaikan kesaksiannya,"para sahabat yang hendak berdiri untuk menyambut kedatangan Rasulullah SAW tidak jadi berdiri ketika mengetahui bahwa Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW adalah pemimpin umat yang tidak pilih-pilih memenuhi undang. dari siapapun undangan datang dari siapapun undangan datang dari tokoh masyarakat maupun dari orang biasa saja, maka beliau mendatanginya. Rasulullah SAW bersabda: "kalau aku diundang atau diajak makan kaki kambing, maka aku datang. Dan jika dihadiahkan kepadaku kaki kambing maka aku terima". (HR. Bukhari).

Rasulullah SAW tidak berkenan dipanggil dengan sebutan-sebutan yang berlebihan sebagaimana para raja disebut atau digelari. Anas bin Malik Ra. Berkata: "Ada beberapa orang memanggil Rasulullah SAW dengan panggilan, "Wahai Rasulullah, Wahai orang yang terbaik dan anak orang yang terbaik diantara kami wahai junjungan kami dan anak dari junjungan kami".

Rasulullah SAW dampak kurang berkenan kemudian bersabda: "wahai sekalian manusia, Katakanlah sewajarnya saja! Jangan sampai kamu digelincirkan setan. Aku adalah Muhammad hamba Allah dan rasulnya. Aku tidak Sudi kalian angkat di atas kedudukan yang dianugerahkan Allah Subhanahu Wa Ta'Ala kepadaku". (HR An Nasa'i)

Pernah juga ada sebagian orang yang meyakini Rasulullah SAW memiliki kemampuan pengetahuan ilmu ghaib, punya kemampuan untuk mendatangkan manfaat, menjatuhkan madharan, mengabulkan segala permintaan, menyembuhkan segala penyakit dan berbagai penilaian Kelebihan lainnya.

Mengetahui hal ini, Rasulullah SAW pun menyampaikan firman Allah SWT,

قُلْ لَّآ اَمْلِكُ لِنَفْسِيْ نَفْعًا وَّلَا ضَرًّا اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۗوَلَوْ كُنْتُ اَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِۛ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوْۤءُ ۛاِنْ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ وَّبَشِيْرٌ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. Al A'raf [7]: 188)

Rasulullah SAW sangat memahami bahwa orang-orang yang memberikan berbagai sebutan itu bermaksud menghormatinya, akan tetapi beliau menolak sesuatu yang melampaui batas. Rasulullah SAW juga menguatkan hal ini dengan bersabda: "janganlah kalian menjunjung aku seperti halnya orang-orang Nasrani mengkultuskan Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba. Maka, katakanlah bahwa aku adalah hamba Allah dan utusan-nya". (HR. Abu Daud)

Saudaraku, sungguh Agung pribadi Rasulullah SAW. beliau yang memiliki derajat sedemikian tinggi dihadapan Allah SWT, dijadikan oleh Allah sebagai kekasihnya, penyempurna risalah Islam di dunia, akan tetapi memiliki ketawadhuan yang begitu dalam dan indah. Allahumma Sholli Ala Muhammad!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah ada Ushaly dalam menunaikan Shalat?

Adapun hukum Melafadzkan Ushaly sampai pada akhirnya, pada waktu berdiri kepada sembahyang sebelum sebelum Takbiratul Ihram, sunnah disuruh ...