Senin, 11 Juli 2022

Mengapa Perlu Tawadhu?




 Allah SWT berfirman: 

تِلْكَ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِيْنَ لَا يُرِيْدُوْنَ عُلُوًّا فِى الْاَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۗوَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ

"Negeri akhirat itu kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa" (QS Al-Qashas 28: 83)

Allah SWT menjadikan kehidupan akhirat yang penuh kebahagiaan bagi hamba-hambanya yang tidak menyombongkan diri, berjalan dimuka bumi dengan penuh kerendahan hati. Betapa ini sanjungan yang  sangat Agung kepada orang-orang yang tawadhu.

Saudaraku, maka dari ayat ini, kita bisa memahami bahwa orang yang tawadhu adalah orang yang disayangi Allah SWT. Jadi ini penting untuk terus-menerus kita camkan di dalam diri kita tentang kerendahan hati. Lawan ketawadhukan adalah kesombongan. Jikalau seseorang sudah merasa tinggi hati dan memandang rendah orang lain, maka inilah pangkal dari berbagai penyakit hati lainnya seperti iri dengki, mudah marah, buruk sangka. Jika hati sudah kotor dengan berbagai penyakit yang demikian, maka akhlak pun akan terpuruk. Karena hati adalah lokomotif seluruh gerbong tubuh kita.

Orang yang tawadhu itu selain disayangi oleh Allah SWT, juga akan disayangi oleh makhluk Allah. orang yang tawadhu itu jarang memiliki musuh, karena ia tidak memandang orang lain secara rendah, ia pun tidak pernah memandang orang lain sebagai saingannya. Justru ia senantiasa memandang orang lain sebagai sahabatnya dan berupaya bisa belajar darinya. Ia pun berbaik sangkah kepada orang lain, Siapa tahu orang yang nampak biasa-biasa saja dalam pandangannya padahal orang yang luar biasa dalam pandangan Allah SWT.

Sungguh beruntung sekali orang yang tawadhu itu. Karena pada banyak kesempatan ia bisa banyak belajar dan memperkaya ilmu. Sedangkan orang yang sombong sebaliknya, Ia akan sulit belajar malah ia akan semakin jauh tersesat pada kegelapan, karena memandang hebat dirinya padahal banyak tidak tahunya.

Orang yang tawadhu juga sulit untuk iri dengki, sedangkan orang sombong hampir setiap saat sibuk dengan iri dengki terhadap orang lain. Orang yang tawadhu akan berbahagia melihat kesuksesan orang lain sedang orang yang sombong akan tersiksa melihat orang lain sukses karena ia meremehkan orang lain dan berharap kesuksesan itu berpindah kepadanya.

Tawadhu memiliki banyak sekali keutamaan. Beberapa di antaranya adalah, 

pertama, mengangkat derajat di hadapan Allah SWT

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa Allah menyayangi hamba-nya yang tawadhu'. bentuk kasih sayang Allah kepadanya diwujudkan dalam bentuk pengangkatan derajat di hadapannya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Tidaklah kurang harta karena sedekah, tidaklah Allah menambah kepada seseorang hamba sifat pemaaf, kecuali dia akan mendapatkan kemuliaan, serta tidaklah seseorang menerapkan sifat tawadhu karena Allah kecuali Allah pasti mengangkat derajatnya. (HR. Ad-Darimi, Ahmad)

Apalagi yang dibutuhkan oleh seorang manusia jikalau Allah telah mengangkat derajatnya. Tiada berarti lagi harta pangkat, jabatan jikalau derajat kita sudah Allah tinggikan. Ini adalah karunia yang teramat besar bagi orang-orang yang tawadlu'.

Kedua, kemuliaan akhlak

Tawadhu adalah salah satu akhlak mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Sedangkan beliau adalah Uswatun Hasanah, suri teladan terbaik, rujukan kemuliaan akhlak bagi seluruh manusia.

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya orang yang terbaik dari kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya" (Muttafaqun 'Alaih)

Dalam hadis yang lain Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada sesuatupun yang lebih berat dalam timbangan daripada Akhlak Yang Mulia." (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Pada suatu kesempatan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga pernah bertanya kepada para sahabat, "Maukah aku kabarkan kepada kalian Siapa yang tepat duduknya paling dekat dengan kepada hari kiamat?", Para sahabat pun terdiam. Rasulullah SAW sempat mengulang pertanyaan itu sebanyak Dua atau Tiga kali. Lantas Mereka pun menjawab, "Ya, Wahai Rasulullah". Maka beliau bersabda, "yang paling baik akhlaknya" (HR. Bukhori dan Ahmad)

Bagi umatnya yang memiliki kemuliaan akhlak, Rasulullah SAW bersabda: "Aku menjamin sebuah rumah di tempat yang rendah di dalam surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun ia berada pada posisi yang benar, dan sebuah rumah di tengah-tengah surga bagi orang-orang yang meninggalkan kedustaan walaupun ia hanya bercanda, dan sebuah rumah di surga yang tertinggi bagi orang yang memiliki akhlak yang baik." (HR. Abu Daud)

Ke tiga, merekatkan persaudaraan

Allah SWT menyukai dan menyayangi orang yang tawadhu. Dan Jika Allah sudah menyayangi dan meridhoi seseorang, maka makhluk yang di langit dan di bumi pun akan menyayanginya.

Dalam sebuah Hadis Qudsi Allah SWT berfirman, "Jika Allah Subhanahu Wa Ta'ala mencintai seorang hamba, maka Allah akan memanggil Jibril dan berfirman wahai Jibril! Sesungguhnya aku mencintai Fulan, maka Cintailah dia". Lalu Jibril menyeru kepada penghuni langit, "Sesungguhnya Allah mencintai Fulan maka Cintailah dia. Lalu penghuni langit pun Mencintainya". (HR. Bukhari  dan Muslim)

Demikian juga Rasulullah SAW bersabda, "Sayangilah yang ada di bumi, yang ada di langit akan menyayangimu". (H.R thabrani) 

ketawadhuan adalah sifat yang disenangi oleh Allah SWT dan Rasulnya. Sedang Jika Allah sudah menyenangi hambanya, maka penghuni langit dan bumi pun akan menyayangi nya juga. Ketawadhuan itu sifatnya memancarkan ketenangan, keteduhan, kenyamanan dan keamanan bagi bagi orang lain. karena orang yang tawadhu' cenderung memiliki sopan santun, keramahan yang tulus, tidak dibuat-buat.

Sifat yang demikian sangatlah mengundang kedekatan hati dan rasa persaudaraan bagi sesama. Dan jika rasa persaudaraan sudah terjalin di antara kita dengan orang lain, maka betapa indah, aman dan nyaman nya hidup ini. Karena hati akan merekatkan ukhuwah dengan sesama muslim, dan mendekatkan kita dengan segala lapisan masyarakat pada umumnya.

Keuntungan dari sifat tawaduk tidak hanya sampai di sana, karena ternyata sikap persaudaraan dan persatuan adalah hal yang juga disukai oleh Allah SWT. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

 "Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali agama Allah dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu masa jahiliyah dari musuh-musuhan, mempersatukan hatimu lalu, menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripada tanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatnya kepada-mu agar kamu mendapat petunjuk". (Q.S Ali Imran [3]: 103)

Sementara ukhuwah adalah hal yang menjadi keniscayaan dan kebutuhan  kita sebagai hamba Allah yang beriman kepadanya. Bahkan ukhuwah dengan sesama saudara kita menjadi salah satu tolak ukur keimanan kita kepada Allah SWT karena menjalin dan melestarikan persaudaraan adalah perintah Allah dan barangsiapa mentaati perintahnya dan menjauhi larangannya maka dialah orang yang bertaqwa dan akan meraih keberuntungan sejati di dunia dan akhirat.

Tidak sedikit di antara kita yang mengetahui tingginya nilai persaudaraan akan tetapi sangat sulit mengamalkannya. Mudah sekali kita berselisih dengan saudara kita, mudah sekali kita berburuk sangka dan hidup secara individualis jika sudah berselisih maka akan berkepanjangan dan sulit sekali kita untuk rekat kembali . Kepada yang jauh kita peduli dan empati, sedang kepada yang dekat bahkan mengenal pun tidak. Subhanallah!

Ketawadhuan selain memancarkan keramahan dan kesopanannya, juga terpancar pada sikap yang cenderung mudah mengalah demi meraih kebaikan yang lebih besar. ketawadhukan juga tercermin pada sikap mudah memaafkan dan meminta maaf manakala terjadi perselisihan. Tanpa berpanjang-panjang pikir tentang Siapakah yang salah sebenarnya tanpa memperturutkan ego Siapakah yang lebih dahulu minta maaf seharusnya, orang yang tawadhu akan mengambil posisi sebagai orang yang bersegera memberi maaf dan meminta maaf. Allah Swt berfirman:

۞ وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ  اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

 "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya Seluas Langit Dan Bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan". (Q.S Ali Imran [4]: 133-134)

Dalam ayat nya yang lain Allah SWT juga berfirman:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ

 "jadilah engkau pemaaf dan Suruhlah orang mengerjakan yang Makruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh". (Q.S al-A'raf [7] :199)

Ciri orang yang tawadhu adalah tidak merasa bahwa dirinya lebih mulia dari orang lain, tidak merasa bahwa dirinya lebih pantas dihormati daripada orang lain atau lebih dikenal dan lebih baik dari orang lain. Orang yang tawadhu meyakini bahwa kemuliaan dalam pandangan Allah adalah yang paling bertakwa dan hanya Allah yang Maha Mengetahui Siapakah di antara hamba-hambanya yang memiliki kedudukan tersebut.

Indah sekali manakala setiap orang memiliki pikiran yang demikian. Persaudaraan akan terjalin. Suasana saling peduli dan empati, saling membantu dan meringankan beban akan menjadi karakter sosial kita yang senantiasa hadir pada keseharian kita. Masya Allah!





Minggu, 10 Juli 2022

Kenapa Allah Mengutus Para Rasul?

 


Allah mengutus para rasul untuk mengajarkan kepada umat manusia hal-hal yang membawa kemaslahatan kebaikan dalam agama dan dunia mereka. Dan untuk mengajak mereka menyembah Allah dan tidak menyekutukan-nya dengan sesuatu apapun. Allah SWT berfirman: 

 [213] فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ

"Maka Allah mengutus para nabi untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan" (Q.S. al-Baqarah:213)

Rasulullah SAW bersabda: 

أَفْضَلُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

"Perkataan paling Utama yang aku dan para Nabi sebelum ku ucapkan adalah "La Ilaha Illallah" (tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah) (H.R. Al-Bukhari).

Bagaimanakah Sahnya Ibadah?

 


Beribadah kepada Allah hanya sah dilakukan oleh orang yang meyakini adanya Allah dan tidak menyerupakan sesuatu apapun dari makhlukNya. Allah SWT berfirman: 

لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

"Dia Allah tidak menyerupai sesuatu pun dari makhlukNya dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai" (Q.S.as-Syura: 11)

Rasulullah Saw bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: « لا فِكْرَةَ في الرَّبِّ » رواه السيوطي في تفسيره.

"Tuhan tidak bisa dipikirkan dibayangkan" (H. R. as-Syuyuthi) 

al-Ghazaly berkata: 

لا تصح العبادة الا معرفة المعروف

"Tidak sah ibadah (seorang hamba) kecuali setelah mengenal (Allah) yang wajib disembah"

Apakah Hikmah Diciptakannya Jin dan Manusia?

 


Untuk diperintahkan Allah  agar beribadah kepada-nya. Allah SWT berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

"Dan tidaklah aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali (Aku perintahkan mereka) untuk beribadah kepadaku"(Q.S. adz-Dzariyat:56) 

Rasulullah SAW bersabda:

اللَّهِ علَى العِبَادِ أنْ يَعْبُدُوهُ ولَا يُشْرِكُوا به شيئًا

 " hak Allah atas para hamba adalah mereka beribadah kepadanya dan tidak menyekutukan-nya dengan sesuatu pun"(H.R. al-Bukharyy dan Muslim) 

Apakah yang Dimaksud dengan Ilmu Agama yang Hukum Mempelajarinya Fardhu A'yn?



 Diwajibkan atas setiap mukallaf (baligh dan berakal) untuk mempelajari kadar ilmu agama yang ia butuhkan seperti masalah 'aqidah (keyakinan), bersuci, shalat, puasa, zakat bagi yang mampu, maksiat-maksiat hati, tangan, mata dan lain-lain. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

                    قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ 

"Katakanlah! (wahai Muhammad), tidaklah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui".(Q. S az-Zumar: 9)

Dalam Hadis disebutkan:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِم

"(Menuntut ilmu agama yang pokok adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan)" (H. R. al-Bayhaqiy

Sabtu, 09 Juli 2022

13 permaasalah dalam agama islam!

Melafadzkan niat berbeda dengan Niat yang didirikan dalam shalat, kalimat Ushalli dikerjakan sebelum shalat yang berfungsi sebagai penguat agar tidak terjadi kelupaan niat dalam shalat. Berbeda dengan Niat yang jatuhnya ketika seseorang mengangkat tangan dan mengucapkan takbiratul ikram didalam shalat. Hal ini menjadi permasalahan yang di perdebatkan, maka karena itu ada perlunya pelurusan dan pembenaran terkait kasus tersebut. 

Nabi Saw pernah bersabda: 

وإنَّ بني إسرائيلَ تفرَّقَت علَى ثِنتينِ وسبعينَ ملَّةً وتفترِقُ أمَّتي علَى ثلاثٍ وسبعينَ ملَّةً كلُّهم في النَّارِ إلَّا ملَّةً واحدةً قالوا مَن هيَ يا رسولَ اللَّهِ قالَ : ما أَنا علَيهِ وأصحابي.

"bahwasanya Bani Israel terpecah belah atas 72 agama dan terpecah umatku atas 73 agama, sekalian mereka itu masuk ke dalam neraka melainkan satu agama. Lantas para sahabat bertanya pada nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, "siapakah 1 agama itu ya Rasulullah?, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "yaitu barang yang ada aku atasnya dan sekalian sahabatku."HR. Al-Tarmizi) Hal. 2461 Riwayat Abdullah bin Amr.

Oleh karena itu, maka inilah risalah yang kecil ini, pada menerangkan dalil beberapa masalah far'iyah yang selalu menjadi perbantahan di antara pengikut ahli sunnah Wal Jamaah dengan yang lainnya, daripada mereka itu dengan maksud supaya kaum muslimin Bersatu padu di dalam golongan Ahlussunnah Wal Jamaah, yaitu golongan yang telah diakui oleh Nabi SAW akan mereka masuk ke dalam surga dan yang lain daripada mereka akan masuk ke dalam neraka.

Adapun yang dipermasalahkan dalam agama Islam diantaranya mengenai Ushally (اصلي), Talqin, Qunut, Adzan dua kali pada sembahyang Jumat, sembahyang sunnah setelah(قبلية) Jumat, menambah kalimat "wabihamdihi" pada tasbih ruku' dan sujud, mengganti (Qadha') sembahyang, amalan orang yang hidup bagi orang yang mati, sholat tarawih 20 rokaat, menambah kalimat Sayyidina pada kalimat "Asyhadu anna muhammadarrasulullah", tawasul dan memakai serban.

Masuklah kepada pembahasan yang pertama yaitu mengenai tentang Ushally(اصلي), Adapun hukum melafalkan usholli sampai akhirnya nya pada sembahyang sebelum takbir merupakan sunnah yang disuruh untuk memper buatnya dengan dalil:

1. Karena dikiaskan kepada Lafazd niat Haji yang telah warid (وارد) daripada Nabi SAW

2. Karena supaya menolong oleh lidah agar hati untuk mengingat niat pada waktu takbir

3. Telah sepakat para ulama mazhab yang empat, yaitu pendapat Imam Syafi'i, Maliki, Hanafia, dan Hambali. Mereka menerangkan bahwasanya menjatuhkan niat dengan yang diniatkan itu setengah dari pada kesempurnaan ibadah.

4. Karena berlandaskan hadis Nabi SAW riwayat Imam Bukhari dan Muslim, daripada Ibnu Umar Ra: diantara Nabi SAW duduk dia berserta sahabatnya di dalam masjid tiba-tiba datang kepadanya Fatimah, Lantas Fatimah pertanya kepadanya tentang Shalat 'Ashar. Maka nabi bersabda:

 "katakan olehmu، Sengaja aku salat fardu 'ashar 4 rokaat lillahi ta'ala dan katakan olehmu، Sengaja aku salat Dzuhur 4 rokaat karena Allah Ta'ala. Dan jika ada ingin kau menjadi imam maka katakan olehmu, Sengaja aku salat ashar 4 rokaat Imam karena Allah Ta'ala dan jika ada engkau menjadi seorang makmum maka katakanlah Sengaja aku salat zuhur 4 rokaat makmum karena Allah Ta'ala". Yang diambil dari kitab ايقاظ المنام (Iqhazdu al-Manamy). 

Maka dengan segala dalil yang tersebut Betul teranglah bahwasanya mengucap Lafazd Ushali(اصلي) pada yang yang telah disebutkan hukumnya Sunnah.

Sebagai Referensi, artikel ini langsung merujuk Kitab Risalah aslinya, yaitu berupa karya dan peninggalan Syekh Abdul Halim lubis, merupakan murid dari Syekh Musthafa Husain Nasution, Purba baru. Risalah Yang bernama: "Saif at-Thalabah"






Jumat, 08 Juli 2022

Ketawadhukan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam



Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam manusia yang paling mulia akhlaknya tidak ada yang menandingi ketinggian akhlak beliau. Siti Aisyah Ra. menerangkan bahwa akhlak Rasulullah SAW adalah Al-quran. Dengan kemuliaan akhlaknya inilah Islam bisa tumbuh dan berkembang demikian pesat dan damai meskipun pada perjalanannya banyak sekali orang-orang yang menentang dengan penentangan yang sangat besar.

Dan Salah satu sifat Mulia Rasulullah SAW adalah ketawadhukanya. Meskipun kedudukan beliau sangatlah tinggi dan agung, namun sama sekali tidak nampak ciri kemegahan dunia pada diri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. beliau senantiasa berada dalam kesederhanaan hidup. Meski kedudukan beliau setara bahkan melebihi raja-raja Persia dan Romawi, namun beliau adalah sosok yang sangat dekat dengan orang-orang di sekitar. Padahal di saat yang sama raja-raja Persia dan Romawi sangat menjaga jarak dengan rakyatnya.

Inilah Rasulullah Saw sosok agung yang pernah membuat orang seperti Umar bin Khaththab menangis ketika melihat beliau. Suatu ketika Umar melihat Rasul Saw, sang uswatun hasanah, penutup para nabi dan rasul, tidur hanya beralaskan tikar yang kasar. Sampai-sampai anyaan tikar itu meninggalkan bekas di punggung dan bahu Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW bertanya kepada Umar, "Mengapa engkau menangis wahai Umar?" Umar pun menjawab, "Bagaimana mungkin aku tidak menangis, kisra dan Kaisar duduk di atas singgasana yang bertatahkan emas, sementara tiga itu telah meninggalkan bekas di tubuhmu wahai Rasulullah, padahal Engkau adalah kekasih Allah!"

Lantas Rasulullah SAW pun menghibur Umar dengan bersabda, "mereka adalah kaum yang kesenangannya disegerakan di dunia dan tak akan lama lagi sirna. Tidakkah engkau rela mereka memiliki Dunia Sementara kita memiliki akhiran?! Tidak adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir. Perumpamaan hubunganku dengan  dunia adalah seperti orang yang berpergian di bawah terik panas matahari. Di berlindo sejenak di bawah pohon, kemudian pergi meninggalkannya."(HR. tirmizdi) 

Bukan tidak bisa Rasulullah SAW penampilan seperti raja-raja Persia dan Romawi. Mudah Saja bagi Rasulullah SAW jika memang menginginkannya. Akan tetapi, beliau tidak memilih kemegahan dunia itu. Beliau memilih hidup sederhana dengan segenap kerendahan hatinya.

 Jangankan menginginkan Singgasana semegah milik para raja Persia dan Romawi, bahkan pakaian dan alas kaki pun Rasulullah SAW menjahit dan  memperbaikinya sendiri Jika ada kerusakan seperti robek. Ketika Aisyah ra. Inilah pernah ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullah Saw saat berada di rumah. Aisyah ra. Menerangkan,"menjahit pakaian sendiri memperbaiki sandalnya jam mengerjakan segala apa yang layaknya para suami lakukan di rumah."(HR. Ahmad) 

Masya Allah, sungguh semakin kita mengingat-ingat kembali kehidupan Baginda Rasulullah SAW. maka akan semakin rindu dan cinta kita kepadanya. Kerinduan yang mengharu biru karena betapa semakin sulit kita temukan pemimpin umat yang memiliki Ketawadhukan sedemikian rupa.

Sebagai pemimpin, Rasulullah saw hidup bersahaja, tidak mempersulit orang lain yang ingin bertemu dengan beliau. Rumahnya terbuka bagi siapa saja yang ingin bertemu. Waktunya terbuka bagi siapa saja yang ingin berjumpa. tidak melihat apakah orang yang datang itu itu pejabat tinggi atau rakyat jelata, orang kaya atau orang tak punya, dewasa atau anak-anak.

Dalam sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra. disebutkan bahwa di Madinah ada seorang anak bernama Abu Umair. Anak ini memiliki binatang peliharaan yang sangat ia sayangi, yaitu seekor burung pipit kecil. Ia senang sekali bermain dengan burung peliharaan nya itu. namun sayang, suatu hari burung itu mati, Abu Umair pun sangat bersedih hati.

Kemudian, Rasulullah SAW datang kepada Ummu sulaim, ibunda dari Abu Umair, dan bermaksud menghibur anak tersebut. Pada hari-hari yang lain Rasulullah SAW memang kerap kali menghibur anak ini.

Rasulullah SAW sempat bertanya kepada orang-orang,"Mengapa aku melihat Abu Umair bersedih?", Mereka pun menjawab, "Nughrun ( nama burung peliharaan Abu Umair) yang biasa bermain dengannya telah mati)".

Lalu, Rasulullah SAW menghampiri Abu Umair dan bermaksud menghiburnya. Rasulullah SAW Bertanya kepadanya," Abu Umair, burung kecilmu sedang apa?"(HR. bukhari).

Kerendahan hati Rasulullah SAW pun terlihat pada ketidaksukaannya manakala para sahabat berdiri untuk menyambut kedatangan beliau. beliau tidak berkenan diperlakukan layaknya para raja. Anas bin Malik ra. Menyampaikan kesaksiannya,"para sahabat yang hendak berdiri untuk menyambut kedatangan Rasulullah SAW tidak jadi berdiri ketika mengetahui bahwa Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW adalah pemimpin umat yang tidak pilih-pilih memenuhi undang. dari siapapun undangan datang dari siapapun undangan datang dari tokoh masyarakat maupun dari orang biasa saja, maka beliau mendatanginya. Rasulullah SAW bersabda: "kalau aku diundang atau diajak makan kaki kambing, maka aku datang. Dan jika dihadiahkan kepadaku kaki kambing maka aku terima". (HR. Bukhari).

Rasulullah SAW tidak berkenan dipanggil dengan sebutan-sebutan yang berlebihan sebagaimana para raja disebut atau digelari. Anas bin Malik Ra. Berkata: "Ada beberapa orang memanggil Rasulullah SAW dengan panggilan, "Wahai Rasulullah, Wahai orang yang terbaik dan anak orang yang terbaik diantara kami wahai junjungan kami dan anak dari junjungan kami".

Rasulullah SAW dampak kurang berkenan kemudian bersabda: "wahai sekalian manusia, Katakanlah sewajarnya saja! Jangan sampai kamu digelincirkan setan. Aku adalah Muhammad hamba Allah dan rasulnya. Aku tidak Sudi kalian angkat di atas kedudukan yang dianugerahkan Allah Subhanahu Wa Ta'Ala kepadaku". (HR An Nasa'i)

Pernah juga ada sebagian orang yang meyakini Rasulullah SAW memiliki kemampuan pengetahuan ilmu ghaib, punya kemampuan untuk mendatangkan manfaat, menjatuhkan madharan, mengabulkan segala permintaan, menyembuhkan segala penyakit dan berbagai penilaian Kelebihan lainnya.

Mengetahui hal ini, Rasulullah SAW pun menyampaikan firman Allah SWT,

قُلْ لَّآ اَمْلِكُ لِنَفْسِيْ نَفْعًا وَّلَا ضَرًّا اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۗوَلَوْ كُنْتُ اَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِۛ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوْۤءُ ۛاِنْ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ وَّبَشِيْرٌ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. Al A'raf [7]: 188)

Rasulullah SAW sangat memahami bahwa orang-orang yang memberikan berbagai sebutan itu bermaksud menghormatinya, akan tetapi beliau menolak sesuatu yang melampaui batas. Rasulullah SAW juga menguatkan hal ini dengan bersabda: "janganlah kalian menjunjung aku seperti halnya orang-orang Nasrani mengkultuskan Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba. Maka, katakanlah bahwa aku adalah hamba Allah dan utusan-nya". (HR. Abu Daud)

Saudaraku, sungguh Agung pribadi Rasulullah SAW. beliau yang memiliki derajat sedemikian tinggi dihadapan Allah SWT, dijadikan oleh Allah sebagai kekasihnya, penyempurna risalah Islam di dunia, akan tetapi memiliki ketawadhuan yang begitu dalam dan indah. Allahumma Sholli Ala Muhammad!.

Mengenal pribadi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam


Salah satu sifat Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam yang perlu kita teladani adalah ketawadhukan atau kerendahan hati beliau. Tiada satupun dari sifat-sifat Nabi Shallallahu Alaihi Salam kecuali kemuliaan sehingga Tiada alasan bagi kita untuk tidak meneladaninya.

Pohon yang akarnya Menghujam ke dalam tanah, akan berdiri kokoh dan kuat jika dihembus angin, bahkan diterjang badai sekalipun ia akan tetap berdiri. Inilah perumpamaan orang yang berhasil menanamkan dirinya pada bumi ketawadhukan.

 Orang yang tawadhu akan Ajeng dan mantap hidupnya. Ia sudah kuat sejak dari hatinya. Ia sudah mantap sejak dari jiwanya. Pribadinya kokoh sejak sebelum bergabung dengan lingkungannya. karena apa? Karena ia memiliki kerendahan hati, Iya tak memerlukan Sanjungan dan pujian orang lain, meski jabatan tinggi dimilikinya, harta kekayaan berlimpah ada di rumahnya, gelar berderet di depan dan belakang namanya.

Orang yang tawadhu memiliki pembawaan yang tenang, disebabkan ketenangan hati yang memancar menyinari setiap tutur kata dan perilakunya. Ia tidak akan sibuk mencari penghargaan orang lain. sebaliknya, ia justru akan sibuk menghargai keadaan orang lain, bagaimanapun keadaan orang itu.

Orang yang tawadhu cenderung lebih mudah diterima masyarakat karena siapapun pasti menyukai orang yang rendah hati. Siapapun yang berada di dekatnya akan merasa aman dan nyaman, karena orang yang tawadhu itu terampil menjaga hatinya, ucapannya dan perbuatannya. Tutur kata dan tindak tanduknya jauh dari menyakiti orang lain. Akibatnya orang yang tawadhu akan lebih mudah bertambah teman bahkan sahabat, mudah menjalin silaturahim. dan pada waktu yang sama ia akan sangat jarang mengundang orang untuk bermusuhan dengannya.

 Masya Allah. Sungguh indah buah dari sikap tawadhu. Besar sekali hikmah dari sikap tawadhu. Selain disukai Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasulnya, juga tentunya disukai oleh manusia.

 Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, 

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا

"Dan hamba-hamba Tuhan yang maha penyayang itu iyalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan." QS al-furqon[25]:63)

Apakah ada Ushaly dalam menunaikan Shalat?

Adapun hukum Melafadzkan Ushaly sampai pada akhirnya, pada waktu berdiri kepada sembahyang sebelum sebelum Takbiratul Ihram, sunnah disuruh ...